VIVAnews - Amerika Serikat (AS) berencana mengganti duta besar (Dubes) yang bertugas di Libya. Pasalnya, dubes bernama Gene Cretz itu pernah menggosipkan pemimpin Libya, Muammar Khadafy. Celakanya, laporan gosip itu bocor ke laman WikiLeaks dan ini bisa mengganggu hubungan kedua negara, termasuk misi yang dijalankan Cretz.
Demikian ungkap seorang staf Departemen Luar Negeri (Deplu) AS kepada kantor berita Associated Press, yang dimuat Kamis 6 Januari 2011. Staf yang tidak bersedia disebutkan identitasnya itu mengatakan bahwa pemerintah Libya telah menunjukkan ketidaksenangan atas bocoran WikiLeaks tersebut.
Pada suatu memo yang dikirim Cretz ke Deplu AS, disebutkan bahwa Khadafy adalah seorang yang eksentrik dan punya kebiasaan aneh. Namun, penarikan Cretz dari Libya bukan merupakan hukuman, karena dia hanya membuat laporan berdasarkan apa yang dilihatnya dan bukan sesuatu yang dibuat-buat.
Berdasarkan memo diplomatik yang dibocorkan WikiLeaks, Cretz menjelaskan secara gamblang mengenai kehidupan pribadi Khadafy, termasuk semua kebiasaannya. Memo yang dibuat pada 2009 ini masuk dalam kategori rahasia.
Berjudul “Sekilas Mengenai Eksentrisitas Pemimpin Libya Qadhafi”, memo tersebut memuat ketakutan Khadafy di tempat tinggi. Dia juga dilaporkan takut terbang di atas air, namun menyukai acara balap kuda dan dansa flamenco.
Cretz juga mengatakan bahwa Khadafy telah lama bergantung kepada seorang perawatnya dari Ukraina. Bernama Galyna, perempuan berambut pirang itu dinilai menggairahkan.
Cretz kini sudah berada di Washington setelah sempat bertugas di Tripoli selama dua setengah tahun. Juru bicara Deplu, P.J. Crowley, mengatakan Cretz di AS untuk membicarakan kemungkinan kerugian diplomatis antara AS dan Libya akibat sepak terjang WikiLeaks, yang membocorkan informasi sensitif pemerintah AS sejak 28 November 2010.
“Salah satu masalah yang kita khawatirkan pasca bocornya memo di WikiLeaks adalah pengaruhnya atas hubungan keseluruhan, antara duta besar dan pemerintah dimana dia bertugas,” ujar Crowley.
“Kita memiliki hubungan yang terus meningkat dengan Libya. Hubungan ini sangat penting bagi AS. Hubungan ini sangat rumit dan keberadaan duta besar merefleksikan dimana kita memposisikan hubungan tersebut dan berperan didalam hubungan itu,” lanjut Crowley.
Hubungan AS dan Libya sebelumnya tidak berjalan baik. Sempat berkonflik dari dekade 1970an hingga 1990an, kedua negara kembali membuka hubungan pada 2003 setelah Khadafy mengumumkan sikap Libya, yang menolak kepemilikan senjata pemusnah massal.
Tripoli pun bersedia membayar kompensasi kepada keluarga para penumpang pesawat Pan Am asal AS, yang tewas akibat ledakan bom pada 1988 oleh sejumlah teroris asal Libya di Lockerbie, Skotlandia.
Cretz adalah dubes AS pertama untuk Libya dalam kurun 36 tahun terakhir. Dia mulai bertugas di Tripoli pada Desember 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar