VIVAnews - Lima tahun setelah seorang peneliti gua asal New York, Amerika Serikat menemukan sekelompok kelelawar dengan penyakit sindrom hidung putih, baru diketahui bahwa penyakit itu ternyata telah membunuh lebih dari satu juta kelelawar.
Geomyces destructans, jamur yang diperkirakan sebagai penyebab sindrom itu ternyata juga telah meluas ke 14 negara bagian di Amerika Serikat dan dua provinsi di Kanada.
Sebanyak sembilan spesies kelelawar yang tinggal di lebih dari 160 gua dan tambang telah menjadi korban.
“Jamur itu tampak mengganggu istirahat kelelawar dan itu menyebabkan hewan itu kehabisan energi,” kata Winifred Frick, seorang ekolog asal Boston University, seperti dikutip dari Discovermagazine, 5 Januari 2011.
Frick menyebutkan, jika jamur itu sudah mewabah di suatu area, ia bisa membunuh sekitar 85 persen kelelawar yang tinggal di daerah tersebut dalam waktu satu tahun.
Menggunakan data dari 23 situs tempat tinggal kelelawar, Frick membuat model dampak penyakit itu terhadap kelelawar coklat kecil.
“Diperkirakan, bila wabah ini tidak diatasi, dalam 16 tahun ke depan, seluruh kelelawar di kawasan timur laut Amerika Serikat akan musnah,” ucapnya.
Yang jadi masalah, Frick menyebutkan, ada efek samping hilangnya kelelawar termasuk di antaranya merajalelanya nyamuk serta serangga-serangga lain yang menjadi santapan kelelawar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar